Nuansa Ramadan di Kampung Madinah Jawa Timur

Santri melaksanakan salat di pondok Pesantren Al-Fatah Temboro di Magetan, Jawa Timur, Senin (3/4/2023).  

Pesantren Al-Fatah didirikan pada 1950 oleh KH. Kholid Umar yang juga dikenal dengan nama Kiai Mahmud. Al Fatah adalah salah satu dari empat pesantren di Desa Temboro.  

Total jumlah santri dari empat pesantren di Desa Temboro mencapai sekitar 22.000 orang atau melebihi jumlah penduduk desa.   

Para santri berasal dari Indonesia hingga negara tetangga seperti Malaysia, Brunei dan Thailand. Al Fatah menyumbang santri terbesar.   

Kawasan Desa Temboro jadi pusat pembelajaran terbesar di Asia Tenggara soal ajaran jemaah tablig.  

Kuatnya magnet Desa Temboro dan pesantren Al Fatah menjadikan kawasan ini terkenal dengan sebutan Desa Madinah.  

Aktivitas dan keberadaan puluhan ribu santri di Desa Temboro telah membantu geliat perekonomian warga desa.  

Keseharian para santri di pesantren dihabiskan untuk belajar dan mengkaji Al-Qur'an dan kitab-kitab yang ditulis para ulama dan intelektual Islam di dunia.   

Selain itu, para santri juga mengikuti sejumlah kegiatan di luar kelas. Salah satunya berlatih berkuda sambil memanah.  

Santri melaksanakan salat di pondok Pesantren Al-Fatah Temboro di Magetan, Jawa Timur, Senin (3/4/2023).  
Pesantren Al-Fatah didirikan pada 1950 oleh KH. Kholid Umar yang juga dikenal dengan nama Kiai Mahmud. Al Fatah adalah salah satu dari empat pesantren di Desa Temboro.  
Total jumlah santri dari empat pesantren di Desa Temboro mencapai sekitar 22.000 orang atau melebihi jumlah penduduk desa.   
Para santri berasal dari Indonesia hingga negara tetangga seperti Malaysia, Brunei dan Thailand. Al Fatah menyumbang santri terbesar.   
Kawasan Desa Temboro jadi pusat pembelajaran terbesar di Asia Tenggara soal ajaran jemaah tablig.  
Kuatnya magnet Desa Temboro dan pesantren Al Fatah menjadikan kawasan ini terkenal dengan sebutan Desa Madinah.  
Aktivitas dan keberadaan puluhan ribu santri di Desa Temboro telah membantu geliat perekonomian warga desa.  
Keseharian para santri di pesantren dihabiskan untuk belajar dan mengkaji Al-Quran dan kitab-kitab yang ditulis para ulama dan intelektual Islam di dunia.   
Selain itu, para santri juga mengikuti sejumlah kegiatan di luar kelas. Salah satunya berlatih berkuda sambil memanah.