Langkah Tanpa Lelah Guru Armani, Menghidupkan Harapan di Pedalaman Pandeglang
Mentari pagi baru menyinari wilayah Cimanggu ketika Armani (43) bersiap berangkat mengajar. Dengan sepeda motor yang sudah dimodifikasi untuk melawan medan berbatu, curam hingga berlumpur, Armani bergegas berangkat. Seperti orang tua pada umumnya, Armani mengantarkan anak-anaknya terlebih dahulu sebelum pergi ke sekolah tempat ia mengajar.
Dari rumahnya di Kampung Garim, Cimanggu, ia menempuh 15 kilometer menuju SD Negeri Sorongan 2 kelas jauh, sekolah yang berada di Kampung Batu Payung, Kec. Cibaliung, Pandeglang.
Jalur motor hanya bisa dilewati hingga desa Cibingbin, lalu sisanya ditempuh berjalan kaki sejauh tiga kilometer melewati jalan berlumpur dan dua aliran sungai yang salah satunya tanpa ada jembatan.
“Pernah banjir hingga se-kepala, kalau banjir saya harus menunggu hingga surut, baru bisa melintas” ujar Armani
Di ujung perjalanan panjang itu berdiri satu-satunya ruang kelas dengan struktur permanen yang dibangun pada 2017 yang kini semakin memprihatinkan. Tanpa listrik, dinding kayunya lapuk, atap berlubang serta lantai kelasnya sebagian adalah tanah, membuat para siswa belajar tanpa menggunakan alas kaki pada umumnya.
Selama 17 tahun, Guru yang baru diangkat statusnya pada 2022 lalu sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) itu menjadi satu-satunya guru bagi 23 anak dari kelas satu hingga kelas enam di Kampung Batu Payung.
“Melihat antusias anak-anak serta perhatian dan harapan orang tua murid terhadap saya, yang membuat saya bertahan. Kalau pekerjaan itu terlihat susah dan letih, walaupun kita nyaman ya pasti tetap bertahan” Ungkapnya
Namun, keletihan itu lenyap setiap kali ia melihat anak-anak datang dengan sandal penuh lumpur dan buku yang mereka peluk erat.
Bagi Armani, perjalanan panjang dan bangunan yang tidak layak bukan alasan untuk berhenti. Setiap hari, ia memilih mengulang rute yang sama, menantang hujan, lumpur, dan sungai, demi memastikan pendidikan tetap hidup di Kampung Batu Payung.
Di sekolah terpencil ini, langkah-langkah Armani menjadi penerang, menggantikan listrik yang tak pernah datang, dan menjadi alasan mengapa anak-anak tetap percaya ada secercah harapan di masa mendatang.