Tak Ada Kelas, Halaman pun Jadi: Semangat Anak SDN di Cariu Tak Luntur

Berjarak 68 kilometer dari hiruk-pikuk Ibu Kota, semangat belajar anak-anak di Cariu, Kabupaten Bogor, tetap menyala. Meski sekolah mereka beralas tanah di halaman rumah warga, proses belajar mengajar terus berjalan.
SDN Tegal Banteng berdiri sejak 1983 kini tengah menjalani renovasi untuk membangun ruang kelas baru. Proyek pembangunan senilai Rp 536 juta tersebut ditargetkan rampung pada November 2025.
Kondisi bangunan sekolah yang memprihatinkan membuat pemerintah melakukan renovasi.  Sebanyak enam kelas dengan 78 siswa harus mengungsi.
Kursi-kursi dan perlengkapan belajar dari sekolah dibawa untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Meski dalam keterbatasan, para siswa tetap bersemangat mengikuti pelajaran.
Renovasi dilakukan karena kondisi bangunan lama sudah tak layak pakai. Sebelumnya, para siswa harus belajar di ruang kelas yang berdebu membuat udara yang tidak sehat.
Siswa siswi tampak bersemangat mendengarkan penjelasan guru. Meski belajar dihalaman rumah warga mereka tetap antusias.
Kondisi bangunan yang sebelumnya rusak membuat jumlah siswa baru di sekolah ini juga menurun. Tahun ajaran ini, SDN Tegal Banteng hanya menerima lima siswa baru, yang turut mengungsi dan belajar tanpa bangku di halaman warga.
Selama proses belajar di lokasi sementara, mereka harus beradaptasi dengan situasi sekitar. Lokasi yang berdekatan dengan akses jalan membuat konsentrasi siswa mudah terganggu oleh suara kendaraan. Saat hujan turun, kegiatan belajar juga kerap terganggu karena sebagian area terciprat air
Warga tak keberatan halamannya dijadikan kelas darurat, bagi mereka pendidikan anak-anak harus tetap berjalan untuk masa depan bangsa.
Kegiatan istirahat yang biasanya diisi dengan bermain di halaman sekolah kini berpindah ke jalanan.
Selain jalan, siswa juga bermain di kebun rumah warga. Sesekali mereka mencicipi buah dari pohon yang ditanam warga dengan cara memanjatnya.
Meski penuh keterbatasan, semangat para siswa dan dukungan warga sekitar menjadi cermin kuatnya keinginan untuk terus menimba ilmu di tengah kondisi yang serba sederhana.
Berjarak 68 kilometer dari hiruk-pikuk Ibu Kota, semangat belajar anak-anak di Cariu, Kabupaten Bogor, tetap menyala. Meski sekolah mereka beralas tanah di halaman rumah warga, proses belajar mengajar terus berjalan.
SDN Tegal Banteng berdiri sejak 1983 kini tengah menjalani renovasi untuk membangun ruang kelas baru. Proyek pembangunan senilai Rp 536 juta tersebut ditargetkan rampung pada November 2025.
Kondisi bangunan sekolah yang memprihatinkan membuat pemerintah melakukan renovasi.  Sebanyak enam kelas dengan 78 siswa harus mengungsi.
Kursi-kursi dan perlengkapan belajar dari sekolah dibawa untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Meski dalam keterbatasan, para siswa tetap bersemangat mengikuti pelajaran.
Renovasi dilakukan karena kondisi bangunan lama sudah tak layak pakai. Sebelumnya, para siswa harus belajar di ruang kelas yang berdebu membuat udara yang tidak sehat.
Siswa siswi tampak bersemangat mendengarkan penjelasan guru. Meski belajar dihalaman rumah warga mereka tetap antusias.
Kondisi bangunan yang sebelumnya rusak membuat jumlah siswa baru di sekolah ini juga menurun. Tahun ajaran ini, SDN Tegal Banteng hanya menerima lima siswa baru, yang turut mengungsi dan belajar tanpa bangku di halaman warga.
Selama proses belajar di lokasi sementara, mereka harus beradaptasi dengan situasi sekitar. Lokasi yang berdekatan dengan akses jalan membuat konsentrasi siswa mudah terganggu oleh suara kendaraan. Saat hujan turun, kegiatan belajar juga kerap terganggu karena sebagian area terciprat air
Warga tak keberatan halamannya dijadikan kelas darurat, bagi mereka pendidikan anak-anak harus tetap berjalan untuk masa depan bangsa.
Kegiatan istirahat yang biasanya diisi dengan bermain di halaman sekolah kini berpindah ke jalanan.
Selain jalan, siswa juga bermain di kebun rumah warga. Sesekali mereka mencicipi buah dari pohon yang ditanam warga dengan cara memanjatnya.
Meski penuh keterbatasan, semangat para siswa dan dukungan warga sekitar menjadi cermin kuatnya keinginan untuk terus menimba ilmu di tengah kondisi yang serba sederhana.