Museum HAM Munir, sebuah ruang penghormatan bagi aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Munir Said Thalib, resmi dibuka di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. Foto: (Callan Rahmadyvi Triyunanto/detikcom)
Foto dengan wajah tertutup topeng menunjukkan unjuk rasa masyarakat yang menuntut pengungkapan misteri kematian aktivis HAM Munir, yang diracun di atas pesawat Garuda Indonesia tujuan Amsterdam Belanda pada 7 September 2004. Belakangan diketahui dari hasil autopsi Institut Forensik Belanda, dalam jasad Munir didapati racun arsenik dosis tinggi. Foto: (Callan Rahmadyvi Triyunanto/detikcom)
Penghargaan Munir dari Ikatan Keluarga Orang Hilang (IKOHI) dipajang di Museum HAM Munir, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, sebagai penghormatan atas jasanya memperjuangkan penyelesaian kasus penghilangan paksa di Indonesia. Foto: (Callan Rahmadyvi Triyunanto/detikcom)
Skripsi Munir ditampilkan di Museum HAM Munir. Saat melakukan riset dan menulis skripsi ini, Munir menyadari beratnya nasib dan perjuangan buruh dalam menuntut hak mereka. Foto: (Callan Rahmadyvi Triyunanto/detikcom)
Penghargaan Munir berupa Madanjeet Singh Prize dari UNESCO, diberikan kepada sosok aktivis HAM yang mempromosikan toleransi dan gerakan anti-kekerasan. Foto: (Callan Rahmadyvi Triyunanto/detikcom)
Gambar dinding ini juga dipajang di Museum HAM Munir, memperlihatkan Munir sedang bekerja di mejanya, memperjuangkan Hak Asasi Manusia (HAM). Foto: (Callan Rahmadyvi Triyunanto/detikcom)
Foto Munir terpajang di dinding-dinding museum yang seakan berbisik tentang semangat juangnya. Foto: (Callan Rahmadyvi Triyunanto/detikcom)