Potret Reruntuhan Gereja Saint Paul's di Makau, Tersisa Fasadnya Saja

Gereja Saint Paul ini dibangun pada tahun 1562 dan selesai pada 1580. Gereja ini dibangun setelah Portugis mengkolonisasi Makau sejak 1557. Selain mengkolonisasi Portugis juga menyebarkan agama Katolik. Foto: (Dok Nograhany WK/detikcom)
Ruins of St Paul's dulunya adalah Gereja St Paul atau dikenal juga sebagai Mater Dei dan menjadi bagian dari St Paul's College. Komplek ini merupakan konstruksi para Jesuit. Pada tahun 1600-an, gereja ini kebakaran dan dibangun kembali selama 35 tahun; pada tahun 1835, gereja tersebut terbakar lagi imbas angin topan hebat hingga terlihat seperti yang kita lihat sekarang. Fasad Reruntuhan St. Paul berukuran lebar 23 meter dan tinggi 25,5 meter. Foto: (Dok Nograhany WK/detikcom)
Sejak abad ke-17 dan selama berabad-abad, Makau telah menjadi basis misionaris di sekitar Timur Jauh (China-Jepang-Korea). Kolese St. Paul, yang bangunannya bersebelahan dengan Gereja St Paul's  memainkan peran penting dalam kegiatan keagamaan Katolik di Timur Jauh. Foto: (Dok Nograhany WK/detikcom)
Satu komplek di Reruntuhan Gereja St Paul's ini ada The Museum of Sacred Art and Crypt (Museum Seni Suci dan Ruang Bawah Tanah). Foto: (Dok Nograhany WK/detikcom)
Di tengah ruang bawah tanah museum, di atas batu granit, terdapat sisa-sisa makam, yang mungkin milik pendiri Gereja St Paul's dan St. Paul's College (Kolese St Paul's), Pastor Alexander Valignano. Foto: (Dok Nograhany WK/detikcom)
Di dekat makam itu, ada peti kaca terdapat tulang belulang para martir Kristen abad ke-17 dari Jepang dan Vietnam karena kebakaran terakhir gereja ini tahun 1835. Foto: (Dok Nograhany WK/detikcom)
Saat itu, Kolese St Paul's juga menampung para warga Jepang yang baru pindah Kristen dan melarikan diri dari persekusi di Nagasaki saat penguasa Jepang saat itu, Tokugawa Ieyasu melarang agama Katolik Roma sekitar tahun 1603-1632. Foto: (Dok Nograhany WK/detikcom)
Di ruangan Museum Seni Suci, yang berisi benda-benda bernilai sejarah dan seni tinggi dari berbagai gereja dan biara di Makau, serta 4 lukisan suci tentang Santo Fransiskus, salib, patung keagamaan, dan bejana liturgi. , dll. Di antara lukisan cat minyak, Malaikat Tertinggi Michael abad ke-17 menonjol, bukan hanya karena kekunoan dan sosoknya yang mengesankan tetapi juga merupakan satu-satunya karya Kolese St. Paul kuno yang selamat dari kebakaran pada tahun 1835.Foto: (Dok Nograhany WK/detikcom)
Di antara lukisan cat minyak, ada lukisan Malaikat Tertinggi Michael abad ke-17 yang menonjol, bukan hanya karena kekunoan dan sosoknya yang mengesankan tetapi juga merupakan satu-satunya karya Kolese St. Paul kuno yang selamat dari kebakaran pada tahun 1835. Foto: (Dok Nograhany WK/detikcom)
Pada tanggal 15 Juli 2005, Reruntuhan Gereja St Paul's yang termasuk dalam pengelolaan Pusat Sejarah Macao secara resmi terdaftar sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO. Foto: (Dok Nograhany WK/detikcom)
Gereja Saint Paul ini dibangun pada tahun 1562 dan selesai pada 1580. Gereja ini dibangun setelah Portugis mengkolonisasi Makau sejak 1557. Selain mengkolonisasi Portugis juga menyebarkan agama Katolik. Foto: (Dok Nograhany WK/detikcom)
Ruins of St Pauls dulunya adalah Gereja St Paul atau dikenal juga sebagai Mater Dei dan menjadi bagian dari St Pauls College. Komplek ini merupakan konstruksi para Jesuit. Pada tahun 1600-an, gereja ini kebakaran dan dibangun kembali selama 35 tahun; pada tahun 1835, gereja tersebut terbakar lagi imbas angin topan hebat hingga terlihat seperti yang kita lihat sekarang. Fasad Reruntuhan St. Paul berukuran lebar 23 meter dan tinggi 25,5 meter. Foto: (Dok Nograhany WK/detikcom)
Sejak abad ke-17 dan selama berabad-abad, Makau telah menjadi basis misionaris di sekitar Timur Jauh (China-Jepang-Korea). Kolese St. Paul, yang bangunannya bersebelahan dengan Gereja St Pauls  memainkan peran penting dalam kegiatan keagamaan Katolik di Timur Jauh. Foto: (Dok Nograhany WK/detikcom)
Satu komplek di Reruntuhan Gereja St Pauls ini ada The Museum of Sacred Art and Crypt (Museum Seni Suci dan Ruang Bawah Tanah). Foto: (Dok Nograhany WK/detikcom)
Di tengah ruang bawah tanah museum, di atas batu granit, terdapat sisa-sisa makam, yang mungkin milik pendiri Gereja St Pauls dan St. Pauls College (Kolese St Pauls), Pastor Alexander Valignano. Foto: (Dok Nograhany WK/detikcom)
Di dekat makam itu, ada peti kaca terdapat tulang belulang para martir Kristen abad ke-17 dari Jepang dan Vietnam karena kebakaran terakhir gereja ini tahun 1835. Foto: (Dok Nograhany WK/detikcom)
Saat itu, Kolese St Pauls juga menampung para warga Jepang yang baru pindah Kristen dan melarikan diri dari persekusi di Nagasaki saat penguasa Jepang saat itu, Tokugawa Ieyasu melarang agama Katolik Roma sekitar tahun 1603-1632. Foto: (Dok Nograhany WK/detikcom)
Di ruangan Museum Seni Suci, yang berisi benda-benda bernilai sejarah dan seni tinggi dari berbagai gereja dan biara di Makau, serta 4 lukisan suci tentang Santo Fransiskus, salib, patung keagamaan, dan bejana liturgi. , dll. Di antara lukisan cat minyak, Malaikat Tertinggi Michael abad ke-17 menonjol, bukan hanya karena kekunoan dan sosoknya yang mengesankan tetapi juga merupakan satu-satunya karya Kolese St. Paul kuno yang selamat dari kebakaran pada tahun 1835.Foto: (Dok Nograhany WK/detikcom)
Di antara lukisan cat minyak, ada lukisan Malaikat Tertinggi Michael abad ke-17 yang menonjol, bukan hanya karena kekunoan dan sosoknya yang mengesankan tetapi juga merupakan satu-satunya karya Kolese St. Paul kuno yang selamat dari kebakaran pada tahun 1835. Foto: (Dok Nograhany WK/detikcom)
Pada tanggal 15 Juli 2005, Reruntuhan Gereja St Pauls yang termasuk dalam pengelolaan Pusat Sejarah Macao secara resmi terdaftar sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO. Foto: (Dok Nograhany WK/detikcom)