Indonesia dikenal sebagai bangsa yang kaya akan rempah-rempah. Tak heran kekayaan Rempah Nusantara menarik perhatian dunia. Jalur Rempah menjadi cikal bakal perdagangan komoditas yang dilakukan nenek moyang bangsa Indonesia.
Rutenya dimulai dari timur ke barat: pala, fuli, dan cengkeh dari Kepulauan Maluku, dikumpulkan di Pantai Malabar, India, lalu diangkut ke Teluk Persia dan sepanjang Lembah Eufrat, Mesopotamia, ke Babilonia, juga Madagaskar dan Afrika Selatan.
Untuk menjaga dan mengembangkan semua itu, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) bekerjasama dengan TNI Angkatan Laut kembali menggelar kegiatan 'Muhibah Budaya Jalur Rempah 2024' mengusung tema 'Jalur Rempah dan Konektivitas Budaya: Arung Melayu'.
Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid mengatakan kegiatan itu bertujuan mengangkat khazanah budaya. Muhibah Budaya Jalur Rempah menjadi sebuah platform untuk mengembangkan dan memperkuat ketahanan budaya serta diplomasi budaya di dalam dan luar negeri, serta memaksimalkan pemanfaatan Cagar Budaya (CB) dan Warisan Budaya Takbenda (WBTb).
Pelayaran yang menelusuri Kawasan Barat Nusantara dengan menggunakan KRI Dewaruci, dengan menelusuri 7 titik diantaranya Jakarta, Belitung Timur, Dumai dan Siak, Sabang dan Aceh, Malaka, Tanjung Uban, dan Lampung. Kegiatan itu diikuti oleh para peneliti, penulis, media, pegiat media sosial dan 80 pemuda-pemudi Indonesia, menelusuri titik Jalur Rempah selama kurang lebih 1 bulan lebih.