Potret Candi Muarajambi, Pusat Pertumbuhan Spiritual Buddha di Era Sriwijaya

Candi ini menjadi pusat pertumbuhan spiritual agama Buddha sejak Abad ke-7. Adalah guru Buddha ternama, Atisha Dipamkara Srijnana ke Suvarnadvipa (nama kuno Sumatera) mengikuti ajaran Serlingpa, seorang guru terkenal abad ke-10 yang tinggalannya sekarang di Muarajambi. Perjalanannya yang penuh dengan kesulitan ia alami dan lalui, melambangkan komitmen yang tak tergoyahkan terhadap pertumbuhan spiritual dan pencarian ajaran bodhicita. Foto: (Dok Kemendikbud)
Muarajambi, yang terletak di sepanjang Sungai Batanghari, berkembang sebagai pusat penting ajaran Buddha, menarik tokoh-tokoh dan cendekiawan dari seluruh Asia, termasuk Atisha yang menghabiskan 12 tahun belajar mendalam di bawah bimbingan Serlingpa. Periode ini tidak hanya memperkaya perjalanan spiritual Atisha tetapi juga meletakkan dasar bagi pengaruhnya yang besar terhadap agama Buddha mahayana di Tibet dan sekitarnya. Warisan Muarajambi sebagai tempat pembelajaran agama Buddha dan perannya dalam memfasilitasi pertukaran lintas budaya tradisi Buddha menyoroti keterhubungan komunitas Buddha dan pentingnya situs bersejarah ini. Foto: (Dok Kemendikbud)
Banyak yang belum menyadari bahwa Kawasan Muarajambi, yang berdiri sejak era kejayaan Sriwijaya ini, merupakan kompleks cagar budaya Nasional yang luasnya mencapai ribuan hektar sehingga menjadikannya yang tertua dan terluas di Asia Tenggara. Situs ini mengungkap pentingnya nilai-nilai sejarah dan budaya yang telah bertahan selama berabad-abad, menampilkan kekayaan dan kedalaman tradisi spiritual dan pendidikan di wilayah ini. Foto: (Dok Kemendikbud)
Kawasan Percandian Muarajambi terbentang luas kurang lebih 12 kilometer persegi dan terbentang sepanjang 7,5 kilometer di sepanjang jalur Sungai Batanghari. Situs ini dipenuhi parit atau kanal kuno, kolam penyimpanan air, dan gundukan yang menampilkan struktur batu bata kuno. Foto: (Dok Kemendikbud)
Kompleks ini juga merupakan rumah bagi artefak berharga seperti patung Prajnaparamita, dwarapala, dan gajahsimha, yang menampilkan kekayaan budaya dan agama di situs tersebut. Foto: (Dok Kemendikbud)
Revitalisasi Kawasan Cagar Budaya Nasional Candi (KCBN) Muarajambi saat ini menjadi agenda prioritas Kemendikbudristek di bawah naungan Dirjen Kebudayaan. Revitalisasi KCBN Muarajambi diinisiasi atas dasar upaya untuk mendorong pengakuan dan usulan Muarajambi sebagai situs Warisan Dunia UNESCO. Penataan KCBN Muarajambi akan menerapkan konsep harmonisasi dengan ekosistem alam di sekitarnya. Foto: (Dok Kemendikbud)
“Muarajambi tidak hanya kaya akan sejarah tetapi juga menjadi bukti nyata terciptanya peradaban, terjadinya proses edukasi, dan inovasi penting di masa lalu. Desain dan tata letak kompleks Muarajambi sangat mirip dengan Nalanda, pusat pembelajaran utama di India, yang menunjukkan bahwa Muarajambi pernah menjadi pusat pembelajaran dan latihan spiritual Buddha yang signifikan," kata Sesditjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Fitra Arda. Foto: (Dok Kemendikbud)
Hasil penggalian arkeologis dan analisis penanggalan karbon di Muarajambi, termasuk di Candi Kotomahligai (salah satu candi di kompleks tersebut), mengungkapkan bahwa kompleks candi tersebut aktif dimanfaatkan sejak abad ke-7 hingga abad ke-13. Penemuan prasasti dan peninggalan lainnya menegaskan pentingnya Muarajambi sebagai pusat pembelajaran.

“Kawasan cagar budaya ini tidak hanya memiliki nilai sejarah dan arkeologi yang tinggi namun juga terus berfungsi sebagai tempat berkumpulnya para cendikiawan yang memperdalam pengetahuan kebijaksanaan," tutur Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah V Agus Widiatmoko.Foto: (Dok Kemendikbud)
Candi ini menjadi pusat pertumbuhan spiritual agama Buddha sejak Abad ke-7. Adalah guru Buddha ternama, Atisha Dipamkara Srijnana ke Suvarnadvipa (nama kuno Sumatera) mengikuti ajaran Serlingpa, seorang guru terkenal abad ke-10 yang tinggalannya sekarang di Muarajambi. Perjalanannya yang penuh dengan kesulitan ia alami dan lalui, melambangkan komitmen yang tak tergoyahkan terhadap pertumbuhan spiritual dan pencarian ajaran bodhicita. Foto: (Dok Kemendikbud)
Muarajambi, yang terletak di sepanjang Sungai Batanghari, berkembang sebagai pusat penting ajaran Buddha, menarik tokoh-tokoh dan cendekiawan dari seluruh Asia, termasuk Atisha yang menghabiskan 12 tahun belajar mendalam di bawah bimbingan Serlingpa. Periode ini tidak hanya memperkaya perjalanan spiritual Atisha tetapi juga meletakkan dasar bagi pengaruhnya yang besar terhadap agama Buddha mahayana di Tibet dan sekitarnya. Warisan Muarajambi sebagai tempat pembelajaran agama Buddha dan perannya dalam memfasilitasi pertukaran lintas budaya tradisi Buddha menyoroti keterhubungan komunitas Buddha dan pentingnya situs bersejarah ini. Foto: (Dok Kemendikbud)
Banyak yang belum menyadari bahwa Kawasan Muarajambi, yang berdiri sejak era kejayaan Sriwijaya ini, merupakan kompleks cagar budaya Nasional yang luasnya mencapai ribuan hektar sehingga menjadikannya yang tertua dan terluas di Asia Tenggara. Situs ini mengungkap pentingnya nilai-nilai sejarah dan budaya yang telah bertahan selama berabad-abad, menampilkan kekayaan dan kedalaman tradisi spiritual dan pendidikan di wilayah ini. Foto: (Dok Kemendikbud)
Kawasan Percandian Muarajambi terbentang luas kurang lebih 12 kilometer persegi dan terbentang sepanjang 7,5 kilometer di sepanjang jalur Sungai Batanghari. Situs ini dipenuhi parit atau kanal kuno, kolam penyimpanan air, dan gundukan yang menampilkan struktur batu bata kuno. Foto: (Dok Kemendikbud)
Kompleks ini juga merupakan rumah bagi artefak berharga seperti patung Prajnaparamita, dwarapala, dan gajahsimha, yang menampilkan kekayaan budaya dan agama di situs tersebut. Foto: (Dok Kemendikbud)
Revitalisasi Kawasan Cagar Budaya Nasional Candi (KCBN) Muarajambi saat ini menjadi agenda prioritas Kemendikbudristek di bawah naungan Dirjen Kebudayaan. Revitalisasi KCBN Muarajambi diinisiasi atas dasar upaya untuk mendorong pengakuan dan usulan Muarajambi sebagai situs Warisan Dunia UNESCO. Penataan KCBN Muarajambi akan menerapkan konsep harmonisasi dengan ekosistem alam di sekitarnya. Foto: (Dok Kemendikbud)
“Muarajambi tidak hanya kaya akan sejarah tetapi juga menjadi bukti nyata terciptanya peradaban, terjadinya proses edukasi, dan inovasi penting di masa lalu. Desain dan tata letak kompleks Muarajambi sangat mirip dengan Nalanda, pusat pembelajaran utama di India, yang menunjukkan bahwa Muarajambi pernah menjadi pusat pembelajaran dan latihan spiritual Buddha yang signifikan, kata Sesditjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Fitra Arda. Foto: (Dok Kemendikbud)
Hasil penggalian arkeologis dan analisis penanggalan karbon di Muarajambi, termasuk di Candi Kotomahligai (salah satu candi di kompleks tersebut), mengungkapkan bahwa kompleks candi tersebut aktif dimanfaatkan sejak abad ke-7 hingga abad ke-13. Penemuan prasasti dan peninggalan lainnya menegaskan pentingnya Muarajambi sebagai pusat pembelajaran. “Kawasan cagar budaya ini tidak hanya memiliki nilai sejarah dan arkeologi yang tinggi namun juga terus berfungsi sebagai tempat berkumpulnya para cendikiawan yang memperdalam pengetahuan kebijaksanaan, tutur Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah V Agus Widiatmoko.Foto: (Dok Kemendikbud)