Potret Guru Perbatasan Hadapi 'Gelombang Laut dan Darat' demi Mengajar

Relayana (34) salah seorang guru wanita yang mengajar di SMP 3 Bunguran Barat, Segeram, Natuna. Relayana sudah enam tahun menjadi guru sejak mengikuti program Guru Garis Depan (GGD) dan ditempatkan di wilayah Natuna, Kepulauan Riau. Selama enam tahun itu pula, ia sudah merasakan ‘gelombang darat’ maupun ‘gelombang laut’ untuk mengajar di wilayah yang berbatasan dengan banyak negara dan Laut China Selatan tersebut.  

Untuk diketahui, Natuna memiliki luas wilayah 141.901,20 km2 yang terdiri dari 172 pulau (30 pulau yang berpenghuni). Hanya 2% dari total wilayah itu berupa daratan dan sisanya merupakan perairan atau laut.  

Ella, sapannya, awalnya ditempatkan di SD 04 Klarik yang ada di Pulau Seluan. Untuk ke Seluan dari Pulau Bunguran Besar (sebagai pulau terbesar dan pusat kota di Natuna), ia harus menyeberang menggunakan speedboat atau pompong selama dua jam.  

Meski berada di Pulau Bunguran Besar, namun jarak sekolah dari tempat tinggal Ella di pusat kota Ranai, termasuk jalan hutan ternyata menjadi tantangan tersendiri.  

Adapun setengah dari perjalanan itu, kata Ella, merupakan jalan tanah yang diapit oleh hutan. Kondisinya lebih sulit saat masuk musim penghujan. Biasanya, Ella harus menginap di rumah warga untuk menginap sambil menunggu cuaca membaik.  

Selama empat tahun mengajar di Segeram, Ella sudah banyak mengalami pengalaman menghadapi ‘gelombang darat’ tersebut. Mulai dari pecah ban hingga kemasukan ular dari hutan.  

Selain itu, ‘tantangan’ lain yang harus Ella hadapi ialah mengajar dengan jumlah siswa yang sedikit. SMP 3 Bunguran Barat yang baru berdiri pada awal tahun 2023 tidak pernah memiliki jumlah siswa lebih dari tujuh.  

Infrastruktur dan akses ke Segeram yang sulit serta sedikitnya jumlah penduduk Segeram dinilai menjadi penyebabnya.  

Namun, di tengah keterbatasan itu, di Kampung Segeram kini sudah mulai dibangun stasiun pemancar atau stasiun pemancar atau tower Base Transceiver Station (BTS) oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo Untuk akses telekomunikasi warga. Adanya infrastruktur telekomunikasi ini turut dirasakan manfaatnya, termasuk untuk sekolah.  

detikcom bersama Bakti Kominfo mengadakan program Tapal Batas mengulas perkembangan ekonomi, wisata, infrastruktur, wisata, dan teknologi di wilayah 3T setelah adanya jaringan internet di beberapa wilayah terdepan Indonesia. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!  

Relayana (34) salah seorang guru wanita yang mengajar di SMP 3 Bunguran Barat, Segeram, Natuna. Relayana sudah enam tahun menjadi guru sejak mengikuti program Guru Garis Depan (GGD) dan ditempatkan di wilayah Natuna, Kepulauan Riau. Selama enam tahun itu pula, ia sudah merasakan ‘gelombang darat’ maupun ‘gelombang laut’ untuk mengajar di wilayah yang berbatasan dengan banyak negara dan Laut China Selatan tersebut.  
Untuk diketahui, Natuna memiliki luas wilayah 141.901,20 km2 yang terdiri dari 172 pulau (30 pulau yang berpenghuni). Hanya 2% dari total wilayah itu berupa daratan dan sisanya merupakan perairan atau laut.  
Ella, sapannya, awalnya ditempatkan di SD 04 Klarik yang ada di Pulau Seluan. Untuk ke Seluan dari Pulau Bunguran Besar (sebagai pulau terbesar dan pusat kota di Natuna), ia harus menyeberang menggunakan speedboat atau pompong selama dua jam.  
Meski berada di Pulau Bunguran Besar, namun jarak sekolah dari tempat tinggal Ella di pusat kota Ranai, termasuk jalan hutan ternyata menjadi tantangan tersendiri.  
Adapun setengah dari perjalanan itu, kata Ella, merupakan jalan tanah yang diapit oleh hutan. Kondisinya lebih sulit saat masuk musim penghujan. Biasanya, Ella harus menginap di rumah warga untuk menginap sambil menunggu cuaca membaik.  
Selama empat tahun mengajar di Segeram, Ella sudah banyak mengalami pengalaman menghadapi ‘gelombang darat’ tersebut. Mulai dari pecah ban hingga kemasukan ular dari hutan.  
Selain itu, ‘tantangan’ lain yang harus Ella hadapi ialah mengajar dengan jumlah siswa yang sedikit. SMP 3 Bunguran Barat yang baru berdiri pada awal tahun 2023 tidak pernah memiliki jumlah siswa lebih dari tujuh.  
Infrastruktur dan akses ke Segeram yang sulit serta sedikitnya jumlah penduduk Segeram dinilai menjadi penyebabnya.  
Namun, di tengah keterbatasan itu, di Kampung Segeram kini sudah mulai dibangun stasiun pemancar atau stasiun pemancar atau tower Base Transceiver Station (BTS) oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo Untuk akses telekomunikasi warga. Adanya infrastruktur telekomunikasi ini turut dirasakan manfaatnya, termasuk untuk sekolah.  
detikcom bersama Bakti Kominfo mengadakan program Tapal Batas mengulas perkembangan ekonomi, wisata, infrastruktur, wisata, dan teknologi di wilayah 3T setelah adanya jaringan internet di beberapa wilayah terdepan Indonesia. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!