Potret Lebih Dekat Observatorium Nasional Timau di NTT, Rampung Dibangun 2023

Obnas Timau akan selesai di 2023. Kini observatorium itu tengah dilakukan pemasangan cermin sekunder pada Juli 2023 lalu. Foto: (Dokumentasi BRIN)

"Instrumen utama yakni teleskop 3,8 m beserta bangunannya termasuk kubah berdiameter 14 m sudah terbangun sekitar 55%. Instrumen utama ini ditargetkan akan rampung dalam 2-3 bulan ke depan," ujar Koordinator Stasiun Observatorium Nasional Kupang, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Abdul Rachman dalam situs Resmi BRIN, Rabu (2/8/2023). Foto: (Dokumentasi BRIN)

Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN, Rhorom Priyatikanto mengatakan teleskop ini yang memiliki desain yang unik dan bobot yang relatif ringan, sekitar 20 ton. Teleskop ini memiliki cermin primer, sekunder, dan tersier. Struktur 'laba-laba' menopang cermin sekunder di bagian atas teleskop.Cermin primer berbentuk hiperbola yang terdiri atas 18 segmen berbentuk kelopak bunga. Cermin sekunder berbentuk hiperbola berdiameter 1 meter dapat bergerak besar 5 derajat. Cermin tersier untuk mengarahkan cahaya ke titik fokus pada kamera di samping teleskop. "Teleskop ini dapat digunakan untuk mengamati obyek seperti benda kecil tata surya, bintang, gugus bintang, extrasolar planet, galaksi, dan lainnya," imbuh Rhorom. Foto: (Dokumentasi BRIN)

Pembeda lainnya Obnas Timau dengan Observatorium Bosscha, yaitu, Obsnas Timau dilengkapi dengan teleskop yang lebih besar sehingga bisa mengamati benda-benda langit yang jauh lebih redup dan instrumen pendukung yang lebih modern. Foto: (Dokumentasi BRIN)

NTT memiliki kondisi langit yang lebih jarang mendung dibanding daerah lain di Indonesia. Membuat jumlah hari dengan langit cerahnya relatif banyak di atas 65% per tahun. Foto: Thomas Djamaluddin/ORPA-BRIN

Kepala Pusat Riset Antariksa, Emanuel Sungging, mengatakan bahwa salah satu upaya antisipasi gangguan polusi cahaya adalah menjadikan wilayah di sekitar Obnas menjadi Taman Langit Gelap (Dark Sky Park). Foto: dok. Profesor Thomas Djamaluddin

"Langit gelap perlu dilestarikan dengan didukung masyarakat yang turut menjaganya melalui wisata astronomi di Taman Langit Gelap. Pengaturan penggunaan lampu luar di sekitar Obnas dikoordinasikan dengan pemerintah daerah dan pemerintah pusat berupa peraturan perundang-undangan," tuturnya. Foto: DW (SoftNews)

Obnas Timau akan selesai di 2023. Kini observatorium itu tengah dilakukan pemasangan cermin sekunder pada Juli 2023 lalu. Foto: (Dokumentasi BRIN)
Instrumen utama yakni teleskop 3,8 m beserta bangunannya termasuk kubah berdiameter 14 m sudah terbangun sekitar 55%. Instrumen utama ini ditargetkan akan rampung dalam 2-3 bulan ke depan, ujar Koordinator Stasiun Observatorium Nasional Kupang, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Abdul Rachman dalam situs Resmi BRIN, Rabu (2/8/2023). Foto: (Dokumentasi BRIN)
Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN, Rhorom Priyatikanto mengatakan teleskop ini yang memiliki desain yang unik dan bobot yang relatif ringan, sekitar 20 ton. Teleskop ini memiliki cermin primer, sekunder, dan tersier. Struktur laba-laba menopang cermin sekunder di bagian atas teleskop.Cermin primer berbentuk hiperbola yang terdiri atas 18 segmen berbentuk kelopak bunga. Cermin sekunder berbentuk hiperbola berdiameter 1 meter dapat bergerak besar 5 derajat. Cermin tersier untuk mengarahkan cahaya ke titik fokus pada kamera di samping teleskop. Teleskop ini dapat digunakan untuk mengamati obyek seperti benda kecil tata surya, bintang, gugus bintang, extrasolar planet, galaksi, dan lainnya, imbuh Rhorom. Foto: (Dokumentasi BRIN)
Pembeda lainnya Obnas Timau dengan Observatorium Bosscha, yaitu, Obsnas Timau dilengkapi dengan teleskop yang lebih besar sehingga bisa mengamati benda-benda langit yang jauh lebih redup dan instrumen pendukung yang lebih modern. Foto: (Dokumentasi BRIN)
NTT memiliki kondisi langit yang lebih jarang mendung dibanding daerah lain di Indonesia. Membuat jumlah hari dengan langit cerahnya relatif banyak di atas 65% per tahun. Foto: Thomas Djamaluddin/ORPA-BRIN
Kepala Pusat Riset Antariksa, Emanuel Sungging, mengatakan bahwa salah satu upaya antisipasi gangguan polusi cahaya adalah menjadikan wilayah di sekitar Obnas menjadi Taman Langit Gelap (Dark Sky Park). Foto: dok. Profesor Thomas Djamaluddin
Langit gelap perlu dilestarikan dengan didukung masyarakat yang turut menjaganya melalui wisata astronomi di Taman Langit Gelap. Pengaturan penggunaan lampu luar di sekitar Obnas dikoordinasikan dengan pemerintah daerah dan pemerintah pusat berupa peraturan perundang-undangan, tuturnya. Foto: DW (SoftNews)