Ketupat Hindangan Khas Lebaran yang Punya Makna Mendalam

Ketupat adalah makanan dari beras yang dimasukkan ke dalam anyaman pucuk daun kelapa dan direbus hingga matang. Ketupat telah menjadi makanan yang selalu ada di hari lebaran. Ketupat umumnya dimakan sebagai pengganti nasi. Biasanya dimakan dengan lauk opor ayam, sate, atau kudapan khas Idulfitri lainnya. Pradita Utama/detikcom
 
Dalam bahwa Jawa atau Sunda, ketupat juga disebut dengan kupat yang merupakan akronim dari "ngaku lepat". Artinya adalah "mengakui kesalahan". Deden Rahadian/detikcom
Melansir informasi dari akun instagram Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kemendikbud, kupat juga diartikan sebagai "laku papat" atau empat laku yang tercermin dari empat sisi ketupat, yaitu: 1. Lebaran, dari kata dasar 'lebar' artinya pintu ampun dibuka untuk orang lain. 2. Luberan, dari kata dasar 'luber' artinya melimpah dan memberi sedekah pada orang yang membutuhkan. 3. Leburan, dari kata dasar 'lebur' artinya bermakna melebur dosa yang dilalui selama satu tahun. 4. Laburan, merupakan kata lain 'kapur' bermakna menyucikan diri atau putih kembali seperti bayi. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S
 
Berdasarkan catatan yang dihimpun detikcom, ketupat sudah dikenal sejak abad 15 pada era Kerajaan Demak. Ahli sejarah asal Belanda, Hermanus Johannes de Graaf, dalam bukunya 'Malay Annual', dikatakan ketupat pertama kali muncul di daerah Jawa, pada masa kepemimpinan Kerajaan Demak. Di masa itu, bentuk ketupat mirip dengan apa yang dikenal sekarang dan juga direbus dengan anyaman daun kelapa. Deden Rahadian/detikcom
Dalam catatan Hermanus Johannes de Graaf, kemunculan ketupat di tengah masyarakat Jawa adalah bagian dari penyebaran agama Islam yang dibawa oleh Sunan Kalijaga. Pada masa itu, diketahui mayoritas penduduk di Jawa masih memeluk agama kepercayaan atau dikenal juga dengan nama Kejawen. iStock/detikcom
 
Kemudian ketupat digunakan Sunan Kalijaga untuk melakukan pendekatan dakwah dalam sisi budaya. Sebab, ketupat dipercaya bisa menjadi alat yang lebih familiar untuk pendekatan dakwah, dengan kebudayaan masyarakat Jawa yang kental pada saat itu. iStock/detikcom
 
Ketupat dijadikan sebagai budaya dan filosofi Jawa yang berbaur dengan nilai keislaman, sehingga ada akulturasi budaya antara keduanya. Baru setelah agama Islam mulai diterima secara luas, ketupat akhirnya melekat menjadi hidangan yang khas pada perayaan Islam, seperti lebaran Idulfitri. Getty Images/iStockphoto
 
Ketupat adalah makanan dari beras yang dimasukkan ke dalam anyaman pucuk daun kelapa dan direbus hingga matang. Ketupat telah menjadi makanan yang selalu ada di hari lebaran. Ketupat umumnya dimakan sebagai pengganti nasi. Biasanya dimakan dengan lauk opor ayam, sate, atau kudapan khas Idulfitri lainnya. Pradita Utama/detikcom 
Dalam bahwa Jawa atau Sunda, ketupat juga disebut dengan kupat yang merupakan akronim dari ngaku lepat. Artinya adalah mengakui kesalahan. Deden Rahadian/detikcom
Melansir informasi dari akun instagram Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kemendikbud, kupat juga diartikan sebagai laku papat atau empat laku yang tercermin dari empat sisi ketupat, yaitu: 1. Lebaran, dari kata dasar lebar artinya pintu ampun dibuka untuk orang lain. 2. Luberan, dari kata dasar luber artinya melimpah dan memberi sedekah pada orang yang membutuhkan. 3. Leburan, dari kata dasar lebur artinya bermakna melebur dosa yang dilalui selama satu tahun. 4. Laburan, merupakan kata lain kapur bermakna menyucikan diri atau putih kembali seperti bayi. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S 
Berdasarkan catatan yang dihimpun detikcom, ketupat sudah dikenal sejak abad 15 pada era Kerajaan Demak. Ahli sejarah asal Belanda, Hermanus Johannes de Graaf, dalam bukunya Malay Annual, dikatakan ketupat pertama kali muncul di daerah Jawa, pada masa kepemimpinan Kerajaan Demak. Di masa itu, bentuk ketupat mirip dengan apa yang dikenal sekarang dan juga direbus dengan anyaman daun kelapa. Deden Rahadian/detikcom
Dalam catatan Hermanus Johannes de Graaf, kemunculan ketupat di tengah masyarakat Jawa adalah bagian dari penyebaran agama Islam yang dibawa oleh Sunan Kalijaga. Pada masa itu, diketahui mayoritas penduduk di Jawa masih memeluk agama kepercayaan atau dikenal juga dengan nama Kejawen. iStock/detikcom 
Kemudian ketupat digunakan Sunan Kalijaga untuk melakukan pendekatan dakwah dalam sisi budaya. Sebab, ketupat dipercaya bisa menjadi alat yang lebih familiar untuk pendekatan dakwah, dengan kebudayaan masyarakat Jawa yang kental pada saat itu. iStock/detikcom 
Ketupat dijadikan sebagai budaya dan filosofi Jawa yang berbaur dengan nilai keislaman, sehingga ada akulturasi budaya antara keduanya. Baru setelah agama Islam mulai diterima secara luas, ketupat akhirnya melekat menjadi hidangan yang khas pada perayaan Islam, seperti lebaran Idulfitri. Getty Images/iStockphoto