Potret Indahnya Harmonisasi Budaya dalam Balutan Orkestra G20

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim, mengatakan bahwa penampilan orkestra ini adalah bukti nyata bahwa kolaborasi dalam budaya adalah sesuatu yang sangat dapat dicapai oleh negara-negara anggota G20. Orkestra G20 ini dipimpin oleh konduktor Eunice Tong dengan pengawasan dari pianis terkemuka Indonesia, Ananda Sukarlan.

Keberagaman musisi dalam Orkestra G20 itu juga mempromosikan nilai-nilai mulia tentang harmoni dan keselarasan yang dapat diciptakan melalui kolaborasi negara G20 dalam sektor budaya, serta menggambarkan keragaman budaya dunia. Sebagai pagelaran orkestra pertama dan menjadi salah satu inisiatif Indonesia dalam presidensi ini, Orkestra G20 ini berhasil memanjakan indera para penikmatnya. 

Dengan mengusung tema presidensi G20 bidang Kebudayaan, yakni Jalur Budaya untuk Kehidupan Berkelanjutan (Culture Path for Sustainable Living) pagelaran Orkestra G20 ini berlangsung di area Aksobya di halaman Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.

Digawangi para musisi dengan berbagai latar belakang budaya, menjadikan keberadaan Orkestra G20 makin istimewa. Nilai-nilai yang disuarakan melalui G20 Orchestra antara lain: bhinneka tunggal ika (Unity in diversity), kesetaraan gender (gender diversity), gerakan anti-kekerasan, dukungan dan pemberdayaan penyandang disabilitas, dan persatuan negara-negara G20 dengan semangat "Recover Together, Recover Stronger.

Orkestra G20 ini memiliki sejumlah keunikan yang dihadirkan untuk para delegasi, salah satunya adalah kesetaraan gender, di mana komposisi penampil acara merata antara musisi perempuan dan musisi laki-laki. Selain itu, pertunjukan ini turut memberikan kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk tampil dalam Orkestra G20. Keunikan berikutnya adalah bahwa kursi penampil orkestra juga diisi oleh para musisi muda berbakat yang berusia di bawah 30 tahun sebagai sebuah bentuk pelaksanaan semangat kebaruan dan keberlanjutan dalam bidang seni budaya. 
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim, mengatakan bahwa penampilan orkestra ini adalah bukti nyata bahwa kolaborasi dalam budaya adalah sesuatu yang sangat dapat dicapai oleh negara-negara anggota G20. Orkestra G20 ini dipimpin oleh konduktor Eunice Tong dengan pengawasan dari pianis terkemuka Indonesia, Ananda Sukarlan.
Keberagaman musisi dalam Orkestra G20 itu juga mempromosikan nilai-nilai mulia tentang harmoni dan keselarasan yang dapat diciptakan melalui kolaborasi negara G20 dalam sektor budaya, serta menggambarkan keragaman budaya dunia. Sebagai pagelaran orkestra pertama dan menjadi salah satu inisiatif Indonesia dalam presidensi ini, Orkestra G20 ini berhasil memanjakan indera para penikmatnya. 
Dengan mengusung tema presidensi G20 bidang Kebudayaan, yakni Jalur Budaya untuk Kehidupan Berkelanjutan (Culture Path for Sustainable Living) pagelaran Orkestra G20 ini berlangsung di area Aksobya di halaman Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Digawangi para musisi dengan berbagai latar belakang budaya, menjadikan keberadaan Orkestra G20 makin istimewa. Nilai-nilai yang disuarakan melalui G20 Orchestra antara lain: bhinneka tunggal ika (Unity in diversity), kesetaraan gender (gender diversity), gerakan anti-kekerasan, dukungan dan pemberdayaan penyandang disabilitas, dan persatuan negara-negara G20 dengan semangat Recover Together, Recover Stronger.
Orkestra G20 ini memiliki sejumlah keunikan yang dihadirkan untuk para delegasi, salah satunya adalah kesetaraan gender, di mana komposisi penampil acara merata antara musisi perempuan dan musisi laki-laki. Selain itu, pertunjukan ini turut memberikan kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk tampil dalam Orkestra G20. Keunikan berikutnya adalah bahwa kursi penampil orkestra juga diisi oleh para musisi muda berbakat yang berusia di bawah 30 tahun sebagai sebuah bentuk pelaksanaan semangat kebaruan dan keberlanjutan dalam bidang seni budaya.