Ogoh-ogoh bertema 'Samaya Baya' karya ST Canti Graha, Banjar Tengah, Sesetan, yang meraih juara I Kasanga Festival 2024 di Lapangan Puputan Badung, I Gusti Ngurah Made Agung, Minggu (3/3/2024) malam. Pembuatan ogoh-ogoh tersebut menelan biaya Rp 40 juta.
Ogoh-ogoh 'Brangti' karya ST Eka Laksana, Sesetan, Denpasar. Ogoh-ogoh seberat 2 ton dengan tinggi 4,3 meter itu menelan anggaran Rp 50 juta. Ogoh-ogoh itu dibuat dari bahan alami seperti bambu, serbuk kayu, serbuk kopi, hingga kuaci.
Pemuda Desa Manduang, Klungkung, Bali, membuat ogoh-ogoh bertema 'Tri Hita Karana', Sabtu (2/3/2024).
Sekaa Teruna Kembang Sari, Banjar Banyubiru, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali, mengecat ogoh-ogoh bertema 'Mebarung Gelung' (berebut mahkota), pada Senin (26/2/2024). Ogoh-ogoh ini menggambarkan dua sosok saudara yang berebut mahkota atau kedudukan serta warisan.
Ogoh-ogoh bertema 'Aji Cakragni' karya ST Eka Dharma Panca Kerti, Desa Subamia, Tabanan, Bali. Ogoh-ogoh tersebut menampilkan dua karakter, yakni manusia dan sosok raksasa yang seolah sedang menyemburkan api.
Ogoh-ogoh 'Bhuta Enjek Pupu' karya ST Putra Tunggal, Banjar Belulang, Desa Kapal, Mengwi, Badung. Kelompok pemuda itu menggunakan bahan-bahan alami untuk membuat ogoh-ogoh dengan karakter bhuta kala yang terbang dan mengejutkan petani itu. Misalkan, sayap bhuta kala dibuat menggunakan daun pisang kering. Namun, ST Putra Tunggal juga menyisipkan tiga mesin di ogoh-ogoh tersebut sehingga kepala dan sayap bhuta kala itu bisa bergerak.
Ogoh-ogoh mini bertema 'Supat Kalakuta' di Kasanga Festival 2024, Denpasar, pada Minggu (3/3/2024). Ogoh-ogoh itu menceritakan kemarahan Dewa Baruna lantaran manusia mencemari segara. Supat Kalakuta adalah hukuman dari Dewa Baruna yang melebur Kalakuta menjadi wabah antu prana atau penyakit mematikan