Bendungan Palasari diresmikan pada tahun 1989. Bendungan ini merupakan bendungan terbesar di Kabupaten Jembarana. (Foto: I Putu Adi Budiastrawan/detikBali)
Bendungan ini diproyeksikan bisa menampung sekitar 7 juta kubik air, dan menjadi andalan kebutuhan air lahan pertanian di sana. (Foto: I Putu Adi Budiastrawan/detikBali)
Namun dalam beberapa bulan terakhir, debit air di bendungan itu menyusut, bahkan mulai mengering. Banyak subak yang tak teraliri air sehingga petani berhenti menanam padi. (Foto: I Putu Adi Budiastrawan/detikBali)
Mengeringnya bendungan itu terjadi setiap tahun di musim kemarau. Kondisi diperparah dengan proses sedimentasi yang menyebabkan bendungan itu semakin dangkal. (Foto: I Putu Adi Budiastrawan/detikBali)
Dari tahun ke tahun, kondisi bendungan itu kian mengkhawatirkan. Tanah di dasar bendungan yang biasanya tergengangi air, kini kering kerontang dan terbelah atau retak. (Foto: I Putu Adi Budiastrawan/detikBali)
Bendungan terbesar di Jembrana itu kini haus. Tiap kali musim kemarau, potret horor bendungan kering selalu muncul. Pembalakan liar hutan sekitar bendungan yang masih, bisa jadi membuat bendungan itu benar-benar kering. (Foto: I Putu Adi Budiastrawan/detikBali)