Masyarakat Bali memiliki satu kebiasaan unik, yakni membunyikan klakson kendaraan ketika melintasi jalan atau tempat yang dianggap sakral. Tak heran, terdengar bunyi klakson seolah bersahut-sahutan ketika melewati pura ataupun jembatan tertentu. Tak hanya membunyikan klakson, orang Bali juga sembari mengucap: tiang nyelang margi.
Seperti diakui oleh Ni Nengah Yusmiari (27). Perempuan asal Klungkung, Bali, yang kini menetap di Kota Denpasar ini menuturkan kebiasaan membunyikan klakson tersebut dia dapatkan dari orang tuanya. Kebiasaan orang tuanya itu dia wariskan hingga saat ini.
"Membunyikan klason atau mengucapkan tiang nyelang margi saat melewati tempat suci atau keramat adalah kebiasaan yang diajarkan sejak kecil. Kami percaya akan adanya alam niskala atau tidak terlihat, alam Dewa, dan penghuni lainnya," tutur Yusmiari kepada detikBali, Selasa (12/7/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, membunyikan klakson merupakan ungkapan dirinya yang meminta izin untuk melewati pura ataupun suatu jalan dan lokasi yang sakral.
"Seperti minta izin lewat sama yang tidak terlihat. Saya percaya ada unsur niskala bahkan sangat kental karena kita selalu berdampingan dengannya," tutur Yusmiari.
Beda halnya dengan Yusmiari, menurut Leoni Susiliastina Dewi (26), dirinya terbiasa untuk tidak membunyikan klakson setiap kali melewati lokasi yang sakral. Meski begitu, dia memiliki kebiasaan lain untuk meminta izin ketika melintas di tempat tertentu.
"Saya sering bilang Om Swastyastu, tiang nyelang margi nike. Dulu saya diberitahu oleh guru di SMA kalau lagi lewat pura atau apapun itu nggak perlu klakson. Cukup bilang permisi itu saja," tuturnya.
(iws/iws)










































